Han ek le kupike sabe-sabe meupeukara/ kuliah gohlom lheuh gohlom na gelar sarjana/ Mak ngon ayah geutanyong pakon gohlom ka wisuda/ dosen tanyong pajan skripsi ka bab padum ka//
ITULAH cuplikan lirik lagu yang belakangan ini akrab di telinga. Ya, Leumoh Aneuk Muda menjadi tembang hits dalam debut perdana Apache 13. Sebuah band lokal yang sedang digandrungi kawula muda. Mengusung aliran folk, band yang berdiri 2013 lalu ini memberi warna baru dalam blantika musik Aceh.
“Ya, liriknya memang dibuat easy listening, itu wajib. Kebanyakan terilhami dari pengalaman pribadi. Jadi setiap orang yang mendengar merasa, ini lagu saya,” papar pentolan Apache 13, Nazar dalam bincang-bincang saat menyambangi Kantor Harian Serambi Indonesia Banda Aceh, Rabu (1/2).
Band yang dipawangi lima anak muda, yaitu Nazar (vokalis), Ikram (perkusi), Amek (gitar), Nawan (leadguitar), dan Dhapu (bass) berhasil mencuri perhatian penikmat musik Aceh.
Demam Apache 13 terlihat dari sepuluh lagu dalam album Bek Panik yang langsung hits dan digilai para apachian --sebutan untuk fans Apache 13. Para penggemar band lokal ini malah sudah membentuk komunitas dan keberadaannya menyebar di tiap kabupaten/kota. Sosial media pun menjadi satu jurus ampuh yang melambungkan nama mereka.
Selain liriknya yang easy listening dengan aliran folk yang dikenal sebagai musik rakyat, tampilan band yang berkiblat bohemian ini juga menjadi daya tarik tersendiri. Performance mereka dalam video klip album yang menelurkan sepuluh lagu tersebut selaras dengan aliran musik yang diusung. Nuansa reggae dan jazz sangat kental terasa. 
Ya, Apache 13 sendiri terinspisrasi dari nama dan spirit suku asli yang mendiami Benua Amerika yaitu Apache. Seni sebagai bahasa universal telah berbicara lewat album mereka. Tak heran ketika dikawinkan dengan lirik lagu Aceh, karya Apache 13 pun menjadi fenomenal. Mementahkan pandangan yang menganggap lagu daerah yang identik “tua”.
Selain Leumoh Aneuk Muda, Bek Panik, dan Mona juga menjadi tembang andalan grup band yang bernaung di bawah Tanda Seru Management. Proses kreatif penciptaan lirik telah dimulai sejak 2013 dan baru di-launching Desember 2016 lalu. Nazar, Ikram, dan Amek yang menyumbang paling banyak dalam penciptaan lirik mengaku menggaet teman-temannya sendiri sebagai model video klip.
Sementara pembuatan video klip sendiri sebagian besar mengambil lokasi di Banda Aceh dan sekitarnya, serta di Aceh Jaya. Sejak dilempar ke pasar dua bulan lalu, album Bek Panik telah terjual 15 ribu keping VCD. Sebuah angka yang menggembirakan untuk sebuah band pendatang baru.
“Pertama kalinya kita tampil di warung kopi. Sekarang ada juga yang gaet untuk kampanye partai politik, tapi kami tolak. Ke depan kita punya project untuk membuat drama musikal, tapi nggak bisa dibilang pastinya kapan karena idenya harus matang dulu,” imbuh Manajer Apache 13, Akmal.
Akmal yang membidani kelahiran band yang personelnya juga ada yang terdiri atas mahasiswa ini, mengaku tak mempunyai kesulitan berarti dalam membuat jadwal. Hanya saja atas nama selera pasar, pihaknya mengaku tidak bisa seutuhnya mengusung idealisme dalam bermusik.
Pun begitu, Nazar memberi apreasiasi bagi band besutannya yang digawangi lima anak muda berbakat itu. Ya, Apache 13 telah membawa “angin segar” dalam ranah musik Aceh. Semoga dan selalu! (nurul hayati)

Ini saya copas dari : 
http://aceh.tribunnews.com/2017/02/05/demam-apache-13-mewabah-bek-panik